Tuesday 24 April 2012

ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA





Pada hari ini,telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(QS. Al Maidah 5: 3)

Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda (furqan) antara seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat Islam merupakan kunci surga Allah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan abadi yang tiada habisnya, di mana setiap muslim dijamin oleh Allah akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam secara kaffah dalam hidupnya. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah 2: 208)

Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30)

Syumuliyatul Islam
Islam merupakan agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai petunjuk/ pegangan dalam hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik, teratur dan sejahtera, mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih. Syumul (universalitas) merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik komunisme, kapitalisme, demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas Islam meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang kehidupan. Ulama besar Mesir asy syahid Hasan Al Banna berkata “Risalah Islam mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat, dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat.”
Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat).
1. Islam sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang masa) adalah agama masa lalu, hari ini dan sampai akhir zaman nanti. Sebagaimana Islam merupakan agama yang pernah Allah sampaikan kepada para Nabi terdahulu, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: “Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut.”(QS. An Nahl 16: 36). Kemudian disempurnakan oleh Allah melalui risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan nabi penutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ 34: 28)
2. Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong/ penguat Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran 3: 19)
3. Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepada-Nya. Firman Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta alam semesta: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164)

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Aqidah
Aqidah Islam adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun. Islam mampu menjelaskan persoalan-persoalan besar kehidupan ini. Aqidah Islam mampu dengan jelas menerangkan tentang Tuhan, manusia, alam raya, kenabian, dan bahkan perjalanan akhir manusia itu sendiri.

Islam tidak hanya ditetapkan berdasarkan instink/ perasaan atau logika semata, tetapi aqidah Islam diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh perasaan dan logika. Iman yang baik adalah iman yang muncul dari akal yang bersinar dan hati yang bercahaya. Dengan demikian, aqidah Islam akan mengakar kuat dan menghujam dalam diri seorang muslim. Meyakini secara benar bahwa tiada Tuhan selain Allah dengan meyakini dalam hati, mengucapkan secara lisan dan dibuktikan dengan mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Aqidah Islam adalah aqidah yang tidak bisa dibagi-bagi. Iman seorang mu’min adalah iman 100% tidak bisa 99% iman, 1% kufur. “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah 2: 85).

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Ibadah

Ibadah dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara penuh. Seorang muslim beribadah kepada Allah dengan lisan, fisik, hati, akal, dan bahkan kekayaannya. Lisannya mampu bedzikir, berdoa, tilawah, amar ma’ruf nahi munkar. Fisiknya mengiringi dengan berdiri, ruku’ dan sujud, puasa dan berbuka, berjihad dan berolah raga, membantu mereka yang membutuhkan. Hatinya beribadah dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah) dan bertawakal kepada Allah. Ikut berbahagia atas kebahagiaan sesama, dan berbela sungkawa atas musibah sesama. Akalnya beribadah dengan berfikir dan merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah. Hartanya diinfakkan untuk pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan Allah serta membawa kemaslahatan bersama.

Maha Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan menenteramkan. Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah di mata Allah, apabila dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya untuk mengharap ridha-Nya. Sehingga kita patut mencontoh Rasulullah SAW dan para sahabat yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah), karena mereka yakin bahwa Allah akan membalasnya dengan limpahan pahala dan sesuatu yang jauh lebih baik di dunia maupun di akhirat (jannah).

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Akhlaq
Akhlaq Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan manusia dengan optimal. Akhlaq Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama, duniawi, logika, perasaan, keberadaannya sebagai wujud individu, atau wujudnya sebagai elemen komunal (masyarakat).

Akhlaq Islam meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban memenuhi kebutuhan fisik dengan makan dan minum yang halalan thoyiban serta menjaga kesehatan, seruan agar manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir akan keberadaan dan kekuasaan Allah, seruan agar manusia membersihkan jiwanya,“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams 91: 9-10).

Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri dengan baik, hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat dan sanak saudara. Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih sayang dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk memuliakan tamu dan etika bertamu, mengajarkan bahwa tetangga merupakan keluarga dekat, hubungan muamalah yang baik dengan saling menghormati, seruan untuk berjual beli dengan adil, dsb. Menjadikan umat manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis.

Kesempurnaan Islam juga mengatur pada akhlaq Islam yang berkaitan dengan menyayangi binatang, tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa alasan. Akhlaq Islam yang berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek berfikir, merenung dan belajar,“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran 3: 190), sebagai sarana berkarya dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Lebih dari itu semua adalah akhlaq muslim kepada Allah SWT, Pencipta, dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’), dan takut (khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Hukum/ Syariah

Syariah Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan masyarakatnya, atau masyarakat tanpa memperhatikan individunya. Syariah Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ada aturan ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Ada halal dan haram (bahaya-berguna) yang mengatur manusia dengan dirinya sendiri. Ada hukum keluarga, nikah, thalaq, nafkah, persusuan, warisan, perwalian, dsb. Ada aturan bermasyarakat, seperti: jual beli, hutang-piutang, pengalihan hak, kafalah, dsb. Ada aturan tentang tindak kejahatan, minuman keras, zina, pembunuhan, dsb.

Dalam urusan negara ada aturan hubungan negara terhadap rakyatnya, loyalitas ulil amri (pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot (pemberontakan), hubungan antar negara, pernyataan damai atau perang, dsb. Untuk mewujudkan negara yang adil dan sejahtera sesuai dengan tatanan hidup Islam, maka syariah Islam harus diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara.

Kelengkapan Ajaran Islam Dalam Seluruh Aspek Kehidupan

Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (aqidah), moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/ perundang-undangan (syariah).

Kesempurnaan Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya diin yang diridhai Allah SWT menjadikannya satu-satunya agama yang benar dan tak terkalahkan. “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At Taubah 9: 33).

Beruntunglah bagi setiap manusia yang diberikan hidayah oleh Allah SWT untuk dapat merasakan nikmat berislam dan menjauhkannya dari kesesatan hidup jahiliyah. Rawat dan jagalah nikmat iman dan Islam dengan tarbiyah Islamiyah serta menerapkan Islam secara kaffah, sehingga terwujud kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

Islam sendiri memiliki syariat / peraturan hukum yang sangat sempurna karena memiliki beberapa keunikan, diantaranya:

Pertama, bersifat manusiawi yang menunjukkan relevansi hukum Islam dengan watak manusia serta kebutuhan dan keinginan manusia. Kemudian menghargai hak hidup manusia, memenuhi kebutuhan rohani dan mengembangkan akal pikir manusia. Selain itu, juga menjunjung tinggi prinsip kehidupan manusia seperti keadilan, toleransi, permusyawaratan, saling mengasihi,saling memaafkan, persatuan, perdamaian dan sebagainya.

Kedua, bercirikan moral yang menunjukkan bahwa hukum Islam berpijak pada kode etik tertentu mengingat Nabi Muhammad diturunkan bertujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia dengan tetap berpijak pada kode etik dalam Alqur’an. Hal ini berarti Islam menjaga kehormatan dan martabat manusia, saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta mendudukkan sesuatu sesuai kedudukannya..

Ketiga, bercirikan universal dalam artian seluruh aturan ada dan mengikat untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Tidak seperti agama lain yang diturunkan untuk umat agamanya saja, segenap peraturan yang ada dalam Islam tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi mengikat juga ke umat lain.

Islam dan syariahnya membuka diri dan dapat berdialog dengan siapapun dan kapanpun karena Islam menjelaskan seluruh permasalahan umat. Selain itu, syariah Islam juga memliki karakteristik tersendiri diantaranya:

Pertama, sempurna mengingat Islam sebagai agama terakhir telah disempurnakan oleh Alloh sehingga mencakup berbagai dimensi kehidupan baik akidah, politik kemasyarakatan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan sebagainya.

Kedua, berwatak harmonis dan seimbang yakni keseimbangan yang tidak goyah, selaras dan serasi sehingga membentuk ciri khas yang unik. Karenanya ada hukum wajib sebagai bandingan haram, sunah dengan makruh dan ditengahi oleh hukum mubah. Hal lainnya adalah menempatkan kewajiban seiring dengan penuntutan hak, menggunakan harta benda tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dan sebagainya.


Ketiga, dinamis yang menunjukkan bahwa syariah Islam bisa berkembang menurut kondisi pada masa itu. Adanya ijtihad dalam Islam membuka jalan berubahnya peraturan yang belum ada ketetapan yang pasti.

Sunday 22 April 2012

MENGAPAKAH COUPLE ITU HARAM ?



KENAPA COUPLE ITU HARAM? APAKAH NAS YANG MENYATAKAN COUPLE ITU HARAM?
Ramai remaja membuat alasan bahawa couple itu tidak haram kerana tiada nas yang melarang padanya. Betulkah tiada nas? Bahkan terlalu banyak nas al-Quran dan hadis menjelaskan tentang percintaan teruna dan dara atau couple in HARAM secara terang. Hanya orang-orang JAHIL & FASIQ sahaja yang berani mempermainkan hukum Allah. Hanya orang-orang munafiq sahaja yang buat-buat tidak tahu terhadap kewujudan larangan Allah. Bagi seorang muslim, dia wajib mengetahui perkara ini.
1) COUPLE ITU HARAM KERANA BERLAKU ZINA MATA DAN PENYALAHGUNAAN PANCA INDERA
ALLAH Berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Surah An-Nuur : Ayat 30)
Maksdunya, dilarang lelaki melihat bahagian tubuh wanita melainkan wajah dan telapak tangan. Kerana bahagian lain adalah aurat. Jika bercouple, pasti akan berlaku perbuatan MENATAP bahagian dada, pinggang dan lainnya. Apatah lagi jika perempuan bercouple ini memakai baju ketat. Maka akan berlaku zina mata sepanjang pertemuan. Sangat jarang perempuan bercouple pakai tudung labuh dan berjubah. Pendek kata, kalau yang bercouple ini biasanya memang tidak menjaga aurat. Maka, HARAM pertemuan itu.

Ini beberapa hadis yang menceritakan dosa mata :
Nabi Bersabda “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam mendapat bagian dari zina, tidak boleh tidak, zina kedua mata ialah memandang, zina lidah ialah perkataan, dan zina hati ialah keinginan dan syahwat, sedang faraj (kemaluan) saja yang menentukan benar ataau tidaknya dia berbuat zina.” (Muattafaqun `Alaih)
Dari Jarir bin Abdillah z berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah mengenai “pandangan yang tiba-tiba”, maka beliau bersabda :”Palingkan pandanganmu.”
( H.R. Muslim dan Abu Daud, lafadz hadits Abu Daud)
Maksudnya jika terpandang aurat secara tiba-tiba. Maka nabi mengarahkan agar sahabat berpaling. Kerana haram MENATAP AURAT WANITA atau WANITA MENATAP AURAT LELAKI. Ini bermakna, tidak boleh menatap kecantikan seseorang yang boleh mendatangkan rangsangan nafsu dan syahwat.
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda :
“Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya), pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan kedua.” ( H.R. Tirmidzi dan Abu Daud, Tirmidzi dan AlBani menilai hadits ini hasan.)
Yang dimaksud dengan pandangan pertama adalah pandangan yang terlontar tanpa sengaja. Jadi, adakah mungkin orang bercouple tidak saling memandang? Adakah mungkin orang bercouple bila bercakap tutup mata? Sudah tentu mustahil. Bila bercinta akan saling menatap, memandang dan memerhati seluruh tubuh pasangan. Maka inilah DOSA. Ianya HARAM secara jelas.
2) COUPLE ITU HARAM KERANA BERSENTUH ANTARA LELAKI DAN PEREMPUAN
Biasanya orang bercinta, mula-mula sahaja duduk renggang. Bila sudah selalu bertemu, syaitan akan goda “Engkau ini sudah lama kenal, apa salahnya sentuh-sentuh dan pegang tangan. Semua orang buat macam tu bila bercinta. Barulah namanya pasangan kekasih” maka si lelaki mula buat2 tersentuh.
Kerana itu, Allah melarang mendekati couple sebab bila sudah selalu bersama. PASTI akan berpegang atau bersentuhan. Ingat! Menyentuh dengan sengaja adalah satu perbuatan yang haram. Demikian juga seorang perempuan menyentuh lelaki ajnabi, ini berdasarkan sabda Nabi saw:
Maksudnya: “Kalau dicucuk dengan jarum dikepala salah seorang dari kamu adalah lebih baik daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya”. [HR At-Tabarani 20/212, Sahih Al-Jami’ No. 4921]
Daripada satu hadis yang diriwayatkan daripada ibnu Majah menyatakan bahawa
“Bergomolan dengan babi (khinzir) itu adalah lebih baik berbanding dengan bersentuhan (secara sengaja) dengan wanita yang bukan mahram”.
Bersentuhan (dengan sengaja & apatah lagi bertujuan syahwat) adalah berdosa dan wajib bertaubat (bagi membersihkan dosa). Sedangkan menyentuh anjing tidaklah berdosa dan hanya perlu disuci (bukan bertaubat). Menyentuh anjing bukanlah satu kesalahan (dosa) atau maksiat. Tetapi, menyentuh wanita bukan mahram adalah berdosa dan merupakan maksiat.
“Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna”.
(Surah Zumar: 9)
3) COUPLE ITU HARAM KERANA TERPAKSA MENDENGAR SUARA WANITA YANG MENDAYU-DAYU
Bila bercinta, adalah pasti wanita dan lelaki akan berbicara. Dalam berbicara sudah pasti akan terselit nada mendayu dan perkataan yang lemah-lembut. Kerana itulah dinamakan percintaan. Orang bercouple tidak akan saling tengking menengking. Orang bercouple sudah pasti saling ketawa dan bersenda gurau. Jadi, apakah hukum suara wanita dalam bab bergurau, ketawa dan mendayu-dayu?
Mengikut Imam Syafie;
Suara wanita adalah aurat dihadapan lelaki2 yang ajnabi(Asing) samaada dikhuatiri terjadinya fitnah mahupun tidak.
Suara wanita tidak aurat sekiranya masih berada di dalam batasan yg digariskan. Suara Wanita yg bernada rendah/ mendesak/ merayu/ menggoda/ lembut terhadap ajnabi ataupun didengari oleh ajnabi ianya haram. HARAM bercakap dengan nada yang lembut.
Suara seseorang wanita ajnabiah ketika beliau berada berhampiran dengan lelaki ajnabi adalah Dianggap Sebagai Aurat Menurut Pendapat Yang Sahih. Oleh itu, seseorang wanita tidak dibolehkan mengucapkan tasbih di dalam sembahyang mereka ketika mereka menegur sesuatu perbuatan imam yang salah sebagaimana lelaki mengucapkan tasbih. Bahkan, seseorang wanita hanya memadai menepuk belakang tangannya. Begitulah seterusnya, seseorang wanita tidak dibolehkan meninggikan suaranya ketika mengucapkan talbiah semasa mereka berihram kecuali menurut kadar yang boleh didengar oleh teman wanitanya.
Firman Allah SWT dalam
Surah al-Ahzab ayat 32 yang bermaksud, “Maka seseorang wanita itu janganlah melembutkan suaranya kerana menyebabkan hati orang lelaki yang ada penyakit akan menaruh harapan. Seseorang wanita hendaklah mengucapkan perkataan yang sopan.”
1) Imam Ibnu Jarir at-Tabari RA dalam tafsirnya mengatakan, seseorang perempuan itu janganlah melembutkan suaranya kepada seseorang lelaki yang boleh mendorong orang yang mempunyai niat tidak baik melakukan perbuatan serong kepada perempuan itu. Kemudian, beliau menukilkan hadis dengan sanad yang bersambung kepada Ibnu Abbas RA berkata,
“Seseorang perempuan janganlah menurunkan nada bicaranya dan melembutkan ungkapannya.”
Beliau juga menukilkan hadis yang sanadnya bersambung kepada Ibnu Zaid berkata,
“Menundukkan suara ialah suara yang dibenci Allah yang diluahkan oleh seseorang perempuan kepada lelaki ajnabi, yang boleh menusuk ke dalam jiwa lelaki.”
Perkataan yang makruf ialah ungkapan yang sopan, baik dan terkenal dengan kebaikan.
2) Imam Qadhi Abu Bakar ibnu al-Arabi berkata di dalam kitabnya Akamul Qur’an mengenai firman Allah SWT dalam Surah al-Ahzab ayat 32 itu, Allah SWT telah memerintahkan kepada seseorang perempuan agar ungkapannya keras dan perkataannya terbatas. Tidak boleh menurutkan gaya perbicaraan di dalam hati dihubungkan dengan apa yang diluahkan menggunakan suara lembut, di mana pendengar lelaki boleh berkeinginan untuk berbicara lebih panjang. Seseorang sewajarnya memulakan bicaranya dengan baik dan keras. Seseorang perempuan diperintahkan mendatarkan perkataannya. Dimaksudkan dengan makruf ialah dikembalikan kepada syarak menurut apa yang diperintahkan untuk menyampaikannya atau sekadar hajat yang diperlukan oleh manusia.
3) Imam al-Qurtubi berkata di dalam tafsirnya al-Jamik Li Ahkam al-Qur’an, “seseorang perempuan tidak boleh melembutkan suaranya. Allah memerintahkan kepada seseorang perempuan agar perkataannya keras dan perkataannya terbatas. Mereka tidak boleh meluahkan bicaranya menurutkan gaya seperti yang ada di dalam hatinya yang lembut. Sebagaimana halnya perempuan Arab yang bercakap dengan orang lelaki menggunakan suara yang halus dan lembut seperti ungkapan orang yang meragukan dan menggodakan. Syarak melarang perempuan melakukan seperti itu. Ibnu Abbas berkata, seseorang perempuan hendaklah menyuruh perkara kebaikan dan melarang perkara kejahatan. Seseorang perempuan, bila bercakap-cakap dengan lelaki ajnabi, begitu juga dengan lelaki yang mempunyai hubungan kekeluargaan melalui persemendaan dengannya seperti suami saudara perempuannya (ipar lelaki) dan sepupu lelaki, hendaklah mengeraskan perkataannya tanpa mengangkat suaranya. Seseorang perempuan diperintahkan mendatarkan suaranya. Oleh itu, ungkapan yang makruf ialah perkataan yang tidak diingkari oleh syarak dan jiwa.”
4) Imam Abu Bakar ar-Razi yang dikenali dengan al-Jasas berkata di dalam kitabnya Ahkam al-Qur’an, seseorang perempuan tidak boleh melembutkan suaranya kepada lelaki-lelaki ajnabi dengan gaya yang boleh diingini oleh lelaki yang meragukan niatnya. Ini menunjukkan bahawa hukum itu diumumkan kepada semua perempuan dalam tegahannya berbicara dengan lelaki ajnabi. Adalah lebih baik, seseorang perempuan tidak mengangkat suaranya yang boleh didengari oleh lelaki ajnabi.
5) Imam Ibnu Kathir berkata di dalam tafsirnya, menukilkan perkataan as-Sudi, maksud firman Allah Taala, seseorang perempuan tidak boleh menundukkan suarannya ialah menggunakan suara yang halus, lembut dan lunak ketika berbicara dengan lelaki ajnabi.
Ibnu Zaid berkata, perkataan baik, sopan dan terkenal dengan kebaikan bermakna seseorang perempuan ketika berbicara dengan lelaki ajnabi tidak menggunakan perkataan yang halus dan merdu, iaitu seseorang perempuan tidak berbicara dengan lelaki ajnabi seperti dia berbicara dengan suaminya.
Suka diterangkan disini,perbualan ini tk terhad kepada telefon memandangkan dunia yg semakin canggih.justeru,voice chat,tele-conference,cellphones etc termasuk dlm kategori yg sama. Pesanan, kalau tiada hal yang benar-benar mustahak, tak perlulah berurusan dengan cara yang boleh menimbulkan fitnah dan zina dari segenap aspek.
Orang yang mengatakan tiada nas yang melarang couple atau bercinta itu sebenarnya adalah orang-orang yang JAHIL dan FASIQ. Dia enggan mencari kebenaran, sebaliknya memberi alasan apabila ada pihak yang menasihati.
Maka, secara jelasnya. TIADA JALAN BERCOUPLE DALAM ISLAM. MELAINKAN KAHWIN SAHAJA. KAHWIN ADALAH COUPLE YANG SUCI DAN HALAL.

Saturday 21 April 2012

HUKUM MENONTON DI PANGGUNG WAYANG





Soalan : Adakah dibenarkan untuk kita pergi menonton di panggung wayang dan menonton filem-filem biasa yang ditayangkan? Adakah dibenarkan untuk kita menonton filem-filem lucah walaupun hanya sekadar gambar dan bukan tubuh badan yang sebenar? Apakah tanggungjawab kita terhadap muslim yang menonton filem-filem seperti ini, adakah kita mencegah dan melarangnya ataupun membiarkan mereka menonton apa yang mereka mahu?
Jawapan : Adalah dibenarkan untuk kita pergi ke panggung dan menonton filem-filem yang bermanafaat (seperti dokumentari) dengan syarat barisan antara penonton perempuan di dalam dewan hendaklah diasingkan dari penonton lelaki. Keadaan ini samalah seperti kita menghadiri seminar. Ia dibenarkan dengan syarat hendaklah ada pengasingan antara penonton lelaki dan perempuan.

Namun begitu, meskipun di bolehkan menonton wayang dengan syarat yang dinyatakan di atas, adalah lebih baik sekiranya dielakkan, supaya mata tidak terlihat aurat wanita yang hadir menonton dan juga telinga tidak akan mendengar suara-suara yang tidak enak dari para penonton didalam panggung wayang itu.

Manakala menonton filem-filem yang berunsur lucah atau filem seksi adalah diharamkan sama sekali, walaupun sekadar gambar-gambar dan bukan susuk tubuh badan yang sebenar kerana kaedah syarak dalam hal ini ialah “sesuatu perkara yang menjurus kepada keharaman, maka hukumnya adalah haram” Ini bermaksud, apa sahaja perkara yang walaupun belum benar-benar pasti menjurus kepada keharaman, tetapi mempunyai kebarangkalian boleh membawa kepada keharaman, juga sudah mencukupi untuk dinyatakan sebagai haram hukumnya.

Secara umumnya, kebanyakkan filem-filem sebegini akan menjerumuskan si penontonnya kepada perbuatan yang mengandungi unsur-unsur haram jadi kaeadah syarak ini terkena pada semua filem seksi, filem berunsur seks dan filem lucah. Maka dengan sebab itu, adalah diharamkan untuk menonton, mahupun membeli filem-filem sebegini.

Merujuk kepada persoalan bagaimanakah caranya syabab berhadapan dengan kaum muslimin yang menonton filem sebegini, seperti yang diketahui, sebahagian daripada mereka yang menonton filem seperti ini adalah orang yang rendah pemikirannya yang tidak menurut perintah dan larangan Allah kecuali orang-orang yang mempunyai belas kasihan Allah.

Namun sekiranya syabab mempunyai kaedah pencegahan yang rasional biarkan mereka menggunakannya. Mungkin orang yang mengajukan soalan ini, maksudkan perkara ini berlaku dikalangan kaum keluarganya dan dia merasa sedih dengan perbuatan mereka maka seharusnya dia membimbing mereka untuk menjauhi perbuatan ini. Didalam kes ini hendaklah dia melarang mereka dengan kaedah yang benar dan berharap Allah akan membimbing mereka ke jalan yang benar dan InsyaAllah dia akan diberikan ganjaran yang setimpal oleh Allah SWT kelak.

CARA MEMOTONG KUKU IKUT SUNAH NABI



Diriwayatkan oleh Abu Sa‘id al-Khudri dan Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhuma yang bermaksud:
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Siapa saja yang mandi pada hari Jumaat, memotong kuku, berwangian (memakai wangi-wangian) jika memilikinya dan memakai pakaian yang terbaik kemudian keluar rumah sehingga sampai ke masjid, dia tidak melangkahi (menerobos masuk) orang-orang yang telah bersaf, kemudian dia mengerjakan sembahyang apa saja (sembahyang sunat), dia diam ketika imam keluar (berkhutbah) dan tidak berkata-kata sehingga selesai mengerjakan sembahyang, maka jadilah penebus dosa di antara Jumaat itu dan Jumaat sebelumnya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Rasulullah S.A.W bersabda yang ertinya :
Barang siapa yang mengerat kukunya pada ;
  1. Hari Sabtu: Nescaya keluar dari dalam tubuhnya ubat dan masuk kepadanya penyakit
  2. Hari Ahad : Nescaya keluar daripadanya kekayaan dan masuk kemiskinan
  3. Hari Isnin : Nescaya keluar daripadanya gila dan masuk sihat
  4. Hari Selasa: Nescaya keluar daripadanya sihat dan masuk penyakit
  5. Hari Rabu : Nescaya keluar daripadanya was-was dan masuk kepadanya kepapaan
  6. Hari Khamis : Nescaya keluar daripadanya gila dan masuk kepadanya sembuh dari penyakit
  7. Hari Jumaat : Nescaya keluar dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya dan masuk kepadanya rahmat daripada Allah Taala

POTONG KUKU IKUT SUNAH NABI 


Islam Yang Sebenar



Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan amal-amal yang membuktikan keislamannya dengan sebaik-baiknya (serta dengan ikhlas) maka tiap-tiap kebaikan yang dikerjakannya akan ditulis baginya sepuluh kebajikan yang menyamainya hingga kepada tujuh ratus kali ganda dan tiap-tiap satu kejahatan yang dilakukannya akan ditulis baginya (satu kejahatan) yang menyamainya.”
Riwayat Bukhari
Huraian:
  • Islam adalah suatu agama yang mulia dan ia memuliakan penganutnya.
  • Buktinya Islam memberikan ganjaran yang sangat besar bagi setiap kebaikan yang dilakukan di mana kelebihan atau ganjaran ini tidak akan diperolehi dengan pengakuan mulut sahaja (mengaku Islam sahaja) tetapi hanya akan dicapai dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik secara ikhlas dan ihsan kerana Allah S.W.T.
  • Ihsan bererti mengerjakan sesuatu ibadat dan kebaikan dengan sebaik-baiknya, lengkap dengan segala peraturan serta ikhlas kepada Allah iaitu bersih dari perbuatan syirik dan sifat munafiq serta bersih daripada perasaan riya’, ujub dan sebagainya. Dengan lain perkataan ihsan itu adalah mengerjakan sesuatu ibadat seolah-olah seseorang itu melihat Allah serta meyakini bahawa Allah sedang memerhatikannya.

ILMU AGAMA AKAN BERANSUR-ANSUR HILANG



Daripada Abdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bahawasanya Allah swt. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain."




H.R. Muslim



KeteranganSekarang ini alim-ulama sudah berkurangan. Satu demi satu pergi meninggalkan kita. Kalau peribahasa Melayu mengatakan, "patah tumbuh, hilang berganti", peribahasa ini tidak tepat herlaku kepada alim ulama. Mereka patah payah tumbuh dan hilang payah berganti. Sampailah suatu saat nanti permukaan bumi ini akan kosong dari Ulama. Maka pada masa itu sudah tidak bererti lagi kehidupan di dunia ini. Alam penuh dengan kesesatan. Manusia telah kehilangan nilai dan pegangan hidup. Scbenarnya, alim ulamalah yang memberikan makna dan erti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila telah pupus alim ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.
Di ahir-akhir ini kita telah melihat gejala-gejala yang menunjukkan hampirnya zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah saw. tadi. Di mana bilangan alim ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk melahirkannya pula tidak mendapat perhatian yang sewajarnya. Pondok-pondok dan sekolah-sekolah agama kurang mendapat perhatian daripada cerdik pandai. Mereka banyak mengutamakan pengajian-pengajian di bidang urusan keduniaan yang dapat meraih keuntungan harta benda dunia. Ini lah realiti masyarakat kita di hari ini. Oleh itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk menyelesaikannya.